Selasa, 15 Februari 2011

Kitab Wedhatama

Dalam Kitab Wedhatama yang berarti Ajaran Tentang Keutamaan, Mangkunegara IV dari Surakarta menganjurkan agar orang Jawa belajar dari keutamaan pendiri Dinasti Mataram Islam yaitu Panembahan Senopati sebagai berikut:

Nulada laku utama
tumraping wong tanah Jawi
wong agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senopati
kapati amarsudi
sudaning hawa lan nafsu
pinesu tapa brata
tanapi ing siyang ratri
amamangun karyenak tyasing sasami
Samangsane pasamuwan
mamangun marta martani
sinambi ing saben mangsa
kala-kalaning ngasepi
lalana teki-teki
nggayuh geyonganing kayun
kayungyun eninging tyas
sanityasa pinrihatin
pungguh panggah cegah dhahar lawan guling

Terjemahan bebasnya adalah, bagi orang-orang Jawa tirulah perilaku utama, Panembahan Senopati dari Mataram. Orang yang siang malam senantiasa mengendalikan hawa nafsunya, serta membangun kebahagiaan hati sesama. Dalam berbagai pertemuan, yang diperbincangkan adalah bagaimana menciptakan kebahagiaan secara merata. Beliau juga sering meninggalkan istana pergi ke tempat-tempat yang sunyi sepi, memadukan cipta-rasa dan karsanya, dengan selalu prihatin, mengurangi makan dan tidur.

Mengapa hawa nafsu harus dikendalikan? Karena pangkal dari segala kemaksiatan dan syahwat adalah menuruti hawa nafsu. Sebaliknya, pangkal dari setiap ketaatan, kebaikan dan kebijaksanaan adalah pengendalian hawa nafsu.

Tetapi mengapa hawa nafsu hanya dikendalikan dan tidak ditumpas habis saja? Dibunuh saja?

Nafsu bersama akal dan kalbu adalah merupakan tiga komponen dasar yang menentukan perilaku kehidupan seseorang. Dua komponen yang lain adalah akal dan kalbu.

Nafsu adakalanya disebut juga syahwat, adalah satu komponen dalam diri manusia yang merupakan sumber penggerak. Seluruh dinamika dari hidup manusia digerakkan oleh kesadaran dan potensi nafsu.
Contoh sehari-hari adalah nafsu makan dan nafsu bicara. Paling sedikit aktivitas manusia sehari-hari itu 80% digerakan oleh nafsu. Maka bisa dibayangkan, bagaimana halnya jika seseorang hidup tanpa memiliki nafsu sama sekali. Hanya berfikir dengan akalnya saja disertai perasaan halusnya di dalam kalbu. Oleh karena itu nafsu tidak dibunuh, tetapi harus dikendalikan. Misalkan, bila nafsu mulai berkobar, segeralah kendalikan dengan mengerjakan amal soleh. Bila nafsu marah hendak menguasai diri, tinggalkan semua urusan yang menjadi penyebab berkobarnya nafsu marah tersebut, dan padamkanlah dengan mengambil air wudhu, shalat sunat dua rakaat dan belajar sabar.

Bila nafsu serakah dan cinta pesona dunia yang bergelora, kendalikan dengan membangkitkan perasaan puas atas apa-apa yang sudah diperolehnya dalam kehidupan (qana’ah). Bila kesombongan bergejolak tenangkanlah dengan sifat rendah hati, mengingatkan diri kita, bahwa semua kelebihan2 yang
membuat kita sombong tadi, adalah milik Gusti Allah yang dititipkan pada kita, yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali..

Marilah kita bersama-sama senantiasa berlatih mengendalikan hawa nafsu antara lain dengan saling mengingatkan.Amin. (Foto dari Google Images: Panembahan Senopati).

Beji, 01.01.2011


Muhammad Fahdian Akbar
Ada 7 Tingkatan NAFSU mulai TERENDAH s.d yg TERTINGGI yaitu NAFSU AMMARAH - NAFSU LAWWAMAH - NAFSU MUTHMA'INNAH - NAFSU MULHIMAH - NAFSU ARRADHIYAH - NAFSU MARDHIYAH - NAFSU KAMILAH. "wa ba'dul FANAA-I FILLAHI kun kaifamaa tasyaa-u fa'ilmuka laa JAHLUN wafi'luka laa WIZRUN."

kalau memiliki pemahaman tentang tasyawuf apakah bisa digolongkan sebagai / memiliki nafsu ANANIYAH ?...tolong penjelasannya thanks

Anez tralala > Pandangan paling monumental tentang Tasawuf muncul dari Abul Qasim Al-Qusyairy an-Naisabury, seorang ulama sufi abad ke-4 hijriyah. Al-Qusyairy sebenarnya lebih menyimpulkan dari seluruh pandangan Ulama Sufi sebelumnya, sekaligus menepis ba...hwa Tasawuf atau Sufi muncul dari akar-akar historis, bahasa, intelektual dan filsafat di luar Islam.Dalam buku Ar-Risalatul Qusyairiyah ia menegaskan bahwa kesalahpahaman banyak orang terhadap tasawuf semata-mata karena ketidaktahuan mereka terhadap hakikat Tasawuf itu sendiri. Menurutnya Tasawuf merupakan bentuk amaliyah, ruh, rasa dan pekerti dalam Islam itu sendiri. Ruhnya adalah firman Allah swt:

* “Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7-8)
* ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri dan dia mendzikirkan nama Tuhannya lalu dia shalat.” (QS. Al-A’laa: 14-15)
* “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang alpa” (QS. Al-A’raf: 205)
* “Dan bertqawalah kepada Allah; dan Allah mengajarimu (memberi ilmu); dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah: 282)

Sabda Nabi saw:

* “Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i)
* Tasawuf pada prinsipnya bukanlah tambahan terhadap Al-Qur’an dan hadits, justru Tasawuf adalah implementasi dari sebuah kerangka agung Islam. Secara lebih rinci, Al-Qusyairy meyebutkan beberapa definisi dari para Sufi besar:
1. Muhammad al-Jurairy:
“Tasawuf berarti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.”
2. Al-Junaid al-Baghdady:
“Tasawuf artinya Allah mematikan dirimu dari dirimu dan menghidupkan dirimu bersama dengan-Nya.”
“Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah swt. Tanpa keterikatan dengan apa pun.”
“Tasawuf adalah perang tanpa kompromi.”
“Tasawuf adalah anggota dari satu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka.”
“Tasawuf adalah dzikir bersama, ekstase yang diserta sama’ dan tindakan yang didasari Sunnah Nabi.”
“Kaum Sufi seperti bumi, yang diinjak oleh orang saleh maupun pendosa; juga seperti mendung, yang memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu.”
“ Jika engkau meliuhat Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriyahnya, maka ketahuilah bahwa wujud batinnya rusak.”
3. Al-Husain bin Manshur al-Hallaj:
“Sufi adalah kesendirianku dengan Dzat, tak seorang pun menerimanya dan juga tidak menerima siapa pun.”
4. Abu Hamzah Al-Baghdady:
“Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah mulia, bersembunyi setelah terkenal. Sedang tanda Sufi yang palsu adalah dia menjadi kaya setelah miskin, menjadi obyek penghormatan tertinggi setelah mengalami kehinaan, menjadi masyhur setelah tersem, bunyi.”
5. Amr bin Utsman Al-Makky:
“Tasawuf adalah si hamba berbuat sesuai dengan apa yang paling baik saat itu.”
6. Mohammad bin Ali al-Qashshab:
“Tasawuf adalah akhlak mulia, dari orang yang mulia di tengah-tengah kaum yang mulia.”
7. Samnun:
“Tasawuf berarti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula dimiliki apapun."
8. Ruwaim bin Ahmad:
“Tasawuf artinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan apa pun yang dikehendaki-Nya.”
“Tasawuf didasarkan pada tiga sifat: memeluk kemiskinan dan kefakiran, mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri dan meninggalkan sikap kontra dan memilih.”
9. Ma’ruf Al-Karkhy:
“Tasawuf artinya, memihak pada hakikat-hakikat dan memutuskan harapan dari semua yang ada pada makhluk”.
10. Hamdun al-Qashshsar:
“Bersahabatlah dengan para Sufi, karena mereka melihat dengan alasan-alasan untuk mermaafkan perbuatan-perbuatan yang tak baik dan bagi mereka perbuatan-perbuatan baik pun bukan suatu yang besar, bahklan mereka bukan menganggapmu besar karena mengerjakan kebaikan itu.”

1. Al-Kharraz:
“Mereka adalah kelompok manusia yang mengalami kelapangan jiwa yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan segala-galanya. Mereka diseru oleh rahasia-rahasia yang lebih dekat di hatinya, ingatlah, menangis...lah kalian karena kami.”
12. Sahl bin Abdullah:
“Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.”
13. Ahmad an-Nuury:
“Tanda orang Sufi adalah ia rela manakala tidak punya dan peduli orang lain ketika ada.”
14. Muhammad bin Ali Kattany:
“Tasawuf adalah akhlak yang baik, barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti ia melebihimu dalam Tasawuf.”
15. Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary:
“Tasawuf adalah tinggal di pintu Sang Kekasih, sekali pun engklau diusir.”
“Tasawuf adalah Sucinya Taqarrub, setelah kotornya berjauhan denganya.”
16. Abu Bakr asy-Syibly:
“Tasawuf adalah duduk bersama Allah swt tanpa hasrat.”
“Sufi terpisah dari manusia dan bersambung dengan Allah swt sebagaimana difirmankan Allah swt, kepada Musa, 'Dan Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku' (Thoha: 41) dan memisahkanmu dari yang lain. Kemudian Allah swt berfirman kepadanya, 'Engkau tak akan bisa melihat-Ku'.”
“Para Sufi adalah anak-anak di pangkuan Tuhan Yang Haq.”
“Tasawuf adalah kilat yang menyala dan Tasawuf terlindung dari memandang makhluk.”
“Sufi disebut Sufi karena adanya sesuatu yang membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada nama yang dilekatkan pada mereka.”
17. Al-Jurairy:
“Tasawuf berarti kesadaran atas keadaaan diri sendiri dan berpegang pada adab.”
18. Al-Muzayyin:
“Tasawuf adalah kepasrahan kepada Al-Haq.”
19. Askar an-Nakhsyaby:
“Orang Sufi tidaklah dikotori suatu apa pun, tetapi menyucikan segalanya.”
20. Dzun Nuun Al-Mishry:
“Kaum Sufi adalah mereka yang mengutamakan Allah swt. diatas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah di atas segala makhluk yang ada.”
21. Muhammad al-Wasithy:
“Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan dan sekarang tak ada sesuatu pun yang tinggal selain kesedihan.”
22. Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusy:
“Aku bertanya kepada Ali al-Hushry, 'siapakah, yang menurutmu Sufi itu?' Lalu ia menjawab, 'Yang tidak di bawa bumi dan tidak dinaungi langit'. Dengan ucapannya menurut saya, ia merujuk kepada keleburan.”
23. Ahmad ibnul Jalla’:
“Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat ilmiyah, namun kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama sekali tidak memiliki sarana-sarana duniawi. Mereka bersama Allah swt tanpa terikat pada suatu tempat tetapi Allah swt, tidak menghalanginya dari mengenal semua tempat. Karenanya disebut Sufi.”
24. Abu Ya’qub al-Madzabily:
“Tasawuf adalah keadaan dimana semua atribut kemanusiaan terhapus.”
25. Abul Hasan as-Sirwany:
“Sufi yang bersama ilham, bukan dengan wirid yang mehyertainya.”
26. Abu Ali Ad-Daqqaq:
“Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah, 'Inilah jalan yang tidak cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt, untuk menyapu kotoran binatang'."
“Seandainya sang fakir tak punya apa-apa lagi kecuali hanya ruhnya dan ruhnya ditawarkannya pada anjing-anjing di pintu ini, niscaya tak seekor pun yang menaruh perhatian padanya.”
27. Abu Sahl ash-Sha’luki:
“Tasawuf adalah berpaling dari sikap menentang ketetapan Allah.”

Dari seluruh pandangan para Sufi itulah akhirnya Al-Qusayiry menyimpulkan bahwa Sufi dan Tasawuf memiliki terminologi tersendiri, sama sekali tidak berawal dari etimologi, karena standar gramatika Arab untuk akar kata tersebut gagal membuktikannya.

Alhasil, dari seluruh definisi itu, semuanya membuktikan adanya adab hubungan antara hamba dengan Allah swt dan hubungan antara hamba dengan sesamanya. Dengan kata lain, Tasawuf merupakan wujud cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya, pengakuan diri akan haknya sebagai hama dan haknya terhadap sesama di dalam amal kehidupan.


Al Pasee
Assalammualaikum wr...wb. Alhamdulillah penjelasan tingkat2tan nafsu yg ada pd diri kita sudah cukup jelas dikupas dan mendetail penjabarannya oleh saudara2ku semua yg di Rahmati Allah di forum ini. Pertanyaannya adh : SUDAHKAH KITA MELIHAT... HAKEKAT DARI NAFSU2 ITU DGN MATA MAKRIFAT /BASIR / BATHIN DAN SUDAHKAH KITA MAMPU/ BERHASIL ATAU SEDANG BERJUANG UTK MELEWATI TAHAPAN2 TSB ?. ( yg sudah, alhamdulillah, yg sdg berjuang, hamba doakan, yg belum tahu, cari Guru / Mursydnya ). Selagi hidup didunia inilah kesempatan Insan /hamba utk mengenalNya. ( maaf kalau saya kurang bisa membungkus bahasa menjadi rapi dan enak didengar / kata2 ini saya tujukan utk sdr2ku diluar forum ini mana tahu ada yg belum tahu dan kebetulan membaca komentar2 kita ini dan kalau di porum ini saya yakin sdr/i ku semuanya sudah lebih tahu dari pada saya. Wassalam

Muhammad Fahdian Akbar NAFSU dpt berupa KEINGINAN2. Namun arahkan KEINGINAN2 atau NAFSU2 tsb kpd HAL YG POSITIF. NAFSU tdk bisa DIHILANGKAN tetapi bisanya DIKENDALIKAN atau DIARAHKAN. Walaupun kdg2 harus BERJUANG jatuh bangun. InsyaaALLOH nanti akan FUTUH pada pemahaman NAFSU KAMILAH. Bukan kita yg punya KEINGINAN krn KEINGINAN itu berasal dari-NYA. Selaku INSAN punya tugas utk MENYARING (FILTERISASI). Kan ada ayat-NYA yaitu "FA ALHAMAHA FUJUROHA WA TAQWAHA". Salam UKHUWAH. Matur Nuwun Sanget Romo WI.


Al Pasee
Walaupun seseorang sudah lepas dari SYIRIK JALI (syirik nyata), belum tentu org tsb lepas dari SYIRIK KHOPI (syirik halus).
Allah berfirman : WA MAA YU''MINU AKSTARUHUM WA HUM MUUSYRIKUM.
Artinya : Sebagian besar antara mereka masih tidak be...riman kepada Allah, malah berlaku syirik...


Al Pasee
Hal2 yg tergolong dlm syirik Khofi all :
RIA (pamer), SUM'AH (memperdengar-dengarkan amal ibadah kpd org lain), 'UJUB (membanggakan diri/ merasa hebat sendiri),HAJBUN (hijab/ dinding penghalang/ terlena dan kagum dgn keindahan amalnya sendir...i). Membahas topik yg saya tulis diatas sangat rentan terjadi ketidak selarasan antara setiap induvidu maupun golongan karena siapapun orgnya, golongannya pastilah ingin dikatakan ibadahnya yg benar, tdk ada yg mau dibilang ibadahnya RIA, SUMAH, UJUB dsbnya.
oleh sebab itu,agar terlepas dari salah dan menyalahkan ataupun benar membenarkan ( ternyata itu juga adh penyakit ). Penyakit2 tsb haruslah dikikis dan dibersihkan dgn cara terus menerus (Istiqomah) dgn meningkatkan/ memantapkan keimanan dgn cara MUSYAHADAH/ pandangan Bathin/ Makrifat dgn penyaksian yg benar [ HAK ]dan MAHABBAH dgn Cinta KasihNya. Bukan sekedar mendengar menurut katanya, kata org lain ataupun kata saya tetapi menurut kata hati diri pribadi masing2. Hakekat adalah pembuktian, Air teh kita tdk akan tahu rasanya manis kalau kita tdk meminumnya. ( Pemahaman/ kesadaran orang yg mendengar cerita tentang laut berbeda dgn org yg sudah melihat laut, berbeda juga dgn org yg sudah berenang dilaut dan berbeda juga dgn org yg sudah menyelami laut ( walaupun topik ttg laut sama, tetapi akan terdapat 4 cerita / 4 kesadaran yg berbeda / 4 sudut pandang ttg pemahamannya ). Org2 sudah menyelam dilaut pasti tahu dgn org2 yg berenang, melihat dan mendengar karena sebelum dia menyelam, sudah dahulu ia melewati proses2 tahapan2 sebelumnya ) dan org yg sudah berenang akan tahu dgn org yg melihat laut dst.Begitu juga sebaliknya, org yg hanya mendengar cerita ttg laut tdk akan tahu cerita ttg org yg melihat laut, org yg melihat laut tdk tahu ttg berenang dan yg berenang tdk tahu dgn yg sudah menyelam. Makanya sampai hari ini saya belum pernah mendengar atau membaca seorg SUFI MENUDUH ATAU MENGATAKAN SESAT KPD ORANG LAIN. Karena Sufi / Arif billah / Org2 yg tahu, sudah pernah menyelami lautan ilmu tsb maka ia paham ttg 4 sudut pandang tsb. ( Kalau bahasan saya itu ngawur/ membinggungkan atau keliru, saya mohon maaf. Saya bodoh namun ingin berbagi dgn sedikit sekali ilmu yg saya pahami. Hanya Allah sajalah yg paling Tahu ). wss

Joko Tripmardi
Kasinggihan Bapa Al Pase,...piyantun kang rumangsa bisa, rumngsa wani,.rumngangsa ngerti sedaya bakal ambelejani kang pun aturaken,kesandunging tawang tan wurunga inggih amung nglepataken liyan, piyantun ingkan pirsa lan saget adakan mbote...n badhe umuk, boten badhe asung jaja namung saget amrantasi damel,...kados ingkang sinerat ing serat wulang reh "
Dadya lakunireku,
cegat dhahar lawan guling,
lan aja asukan-sukan,
anganggowa sawatawis
ala wateke wong asukan
suda prayitaning bathin,....

Joko Tripmardi Pak An Dewane,: sebetulnya itu adalah ajaran dari lluhur kita, diingatkan kepada kita jangan sombong, jangan takabur, karena semua adalha milik Allah dan atas ijinNya,...itulah sebabnya semua tindakan yang akan kita berbuat kita selalu ingat kepadaNya,"Bismillah irohmanirohim, niat ingsung,...........nyuwun palilahing Gusthi Allah" itu ajaran saat saya kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar